Jumat, 28 Maret 2014

TUGAS 3 ILMU ALAMIAH DASAR

Dewi Chang’e Pergi ke Bulan

Dewi Chang’e Pergi ke Bulan
Dalam mitologi Cina, Change’e adalah nama Dewi Bulan. Ia punya suami bernama Hou Yi. Hou Yi dikenal sebagai pemanah ulung.
Dikisahkan, pada waktu itu Bumi sangat panas karena disinari 10 matahari. Sepuluh matahari tersebut merupakan penjelmaan 10 putra Kaisar Batu Giok yang berulah menjadi matahari. Kaisar berusaha menghentikan ulah anak-anaknya itu, tetapi tidak berhasil.

Wahana antariksa Chang'e mendarat di Bulan 14 Desember 2013
Khawatir Bumi hancur, Kaisar menyuruh Hou Yi untuk menghentikan ulah anak-anaknya itu. Hou Yi berusaha menghentikan ulah putra-putra Kaisar dengan memanah mereka. Satu persatu, 9 matahari penjelmaan putra-putra Kaisar pun mati di tangan Hou Yi.
Kaisar murka dengan cara Hou Yi mengatasi masalah. Hou Yi dan istrinya pun diusir dari kayangan dan harus tinggal di Bumi. Selain itu, Hou Yi dan istrinya juga akan kehilangan hidup abadi. Mereka sangat sedih. Namun, dengan berbagai cara Hou Yi akhirnya berhasil mendapatkan ramuan hidup abadi. Syaratnya, masing-masing harus makan setengahnya saja. Tetapi tak sengaja, Chang’e terlanjur memakan semuanya. Ia pun tiba-tiba kehilangan bobot dan melayang ke Bulan. Sejak saat itu, Chang’e menjadi Dewi Bulan. Menurut cerita, di Bulan, Dewi Chang’e memiliki hewan piaraan seekor kelinci bernama Yutu.

Yutu, kendaraan penjelajah Bulan "Made in Cina"
Nama Dewi Chang’e dan Yutu, kini tidak hanya diketahui bangsa Cina. Nama tersebut kini terkenal di seluruh dunia berkat penguasaan ilmu dan teknologi yang dicapai oleh badan antariksa Cina.
Seperti kita ketahui, pada 2 Desember 2013 lalu, Cina meluncurkan wahana antariksa Chang’e 3 dengan tujuan ke Bulan. Setelah mengorbit Bumi dan melakukan perjalanan selama 12 hari, Chang’e akhirnya mendarat di Bulan pada 14 Desember 2014.
Tujuh jam setelah Chang’e menginjakkan kaki di Bulan, kendaraan penjelajah Bulan yang diberi nama Yutu mulai dilepas. Begitu berpisah, Yutu pun mulai bergerak di permukaan Bulan. Mereka saling memotret. Chang’e memotret Yutu. Sebaliknya, Yutu memotret Chang’e. Gambar-gambar hasil pemotretan mereka, langsung dikirim ke stasiun pengendali di Bumi.
Yutu merupakan kendaraan antariksa tanpa awak yang akan bertugas menjelajah permukaan Bulan. Yutu akan menjalankan misinya selama 3 bulan untuk memotret dan mengambil sampel batuan di Bulan.
Keberhasilan Chang’e mendarat di Bulan adalah bukti keberhasilan Cina menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Cina yang sejak zaman dulu dikenal sebagai bangsa penjelajah, kini membuktikan diri bisa menjelajah antariksa seperti negara-negara Eropa dan Amerika.
Selamat bertugas untuk kepentingan ilmu pengetahuan, Chang’e dan Yutu.


Sumber: http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Info-Bobo/Dewi-Chang-e-Pergi-ke-Bulan

Rabu, 19 Maret 2014

TUGAS 2 MAT&ILMU ALAMIAH DASAR

RATU PANTAI SELATAN 

Sebagaimana legenda, mitos, hikayat, dan alkisah, Ratu Laut Selatan, atau yang lebih dikenal sebagai Nyi Roro Kidul, juga mempunyai awal mula. Ceritanya bukanlah penuh bahagia. Seperti halnya sinema elektronik, ada masa di mana kita merasa mengenali jalan sejarahnya. Nampak tidak asing dan sering kita dengar sebelumnya.

Nyi Roro Kidul, dikatakan, dahulunya adalah seorang wanita berparas elok bernama Kadita. Karena kecantikannya, dia sering disebut Dewi Srengenge, yang artinya Matahari Wangi. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun ia berwajah menawan, duka Raja tak bisa dihilangkan karena mendamba anak lelaki untuk melanjutkan kepemimpinannya.

Kegundahan Raja baru hilang setelah ia memperistri Dewi Mutiara. Dari rahim istri barunya, lahirlah seorang putra. Raja amat bahagia, demikian pula Dewi Mutiara. Dia memang mengharapkan anaknya menjadi penguasa kerajaan—dan Raja pun merestuinya sebagai pewaris tahta. Namun, meski demikian, Dewi Mutiara tidak menginginkan kekuasaan anaknya nanti mendapatkan tandingan. Dan, itu hanya bisa terjadi jika Kadita tetap tinggal di kerajaan.

Dewi Mutiara membujuk Raja Munding Wangi untuk mengusir Kadita. Ide ini, tentu saja, dimentahkannya dengan tinggi nada bicara. Dewi Mutiara tidak membantah, menggantinya dengan perkataan manis dan menuruti apa pun kehendak sang Raja. Kemarahan Raja pun berangsur surut, memaafkan Dewi Mutiara—meski kata-katanya sempat membakar isi dada.

Di lain pihak, Dewi Mutiara diam-diam tidak menerima keputusan suaminya. Dia pun mengatur rencana agar Kadita terusir dari kerajaan. Esok harinya, ia mengirimkan inang pengasuh untuk memanggil seorang tukang sihir. Kepadanya diperintahkan, agar kepada Kadita dikirimkan guna-guna. Penyihir  itu pun menyanggupi.

Singkat cerita, ketika malam tiba, tatkala Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya. Angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Ketika Kadita terbangun, dia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah, dan sangat berbau tidak enak.

Saat Raja mengetahui penyakit yang menimpa putrinya, ia tahu hal itu pastilah guna-guna. Dia juga mencurigai istrinyalah pelaku kejahatan itu. Akan tetapi, bagaimana cara membuktikannya? Namun, kalaupun terbukti, bagaimana dengan Kadita? Raja harus segera memutuskan nasibnya. Atas desakan Patih, Kadita pun diasingkan keluar kerajaan agar tidak menjadi aib keluarga.

Maka, pergilah Kadita seorang diri. Hatinya remuk redam. Air matanya berleleran. Tetapi, dia tetap tak mau menyumpahi orang-orang yang mencelakainya. Ia masih ingat ajaran neneknya, bahwa mendendam dan membenci bukanlah sikap yang istimewa.

Siang dan malam Kadita berjalan. Tanpa arah, tanpa tujuan. Pada hari-7, ia tiba di pantai Selatan. Ketika berdiri memandang luasnya samudera, ia mendengar suara yang memanggilnya. Menyuruhnya menceburkan diri ke dalam laut. Saat Kadita mengikuti petunjuk suara itu, kala Kadita tersentuh air laut, tubuhnya pulih kembali. Semua penyakitnya hilang. Kadita pun menjelma cantik seperti sediakala. Tidak hanya itu, ia segera menguasai seluruh lautan dan isinya, mendirikan kerajaan yang megah, kokoh, indah, dan berwibawa.

Sumber:
http://www.mizanmag.com/budaya/mitos-nyi-roro-kidul.html#.UymWiKh_tIc

TUGAS1 MAT&ILMU ALAMIAH DASAR


KANTUNG SEMAR

Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya N. ampullaria. Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis. Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas.

Manfaat Kantong Semar pun ternyata sangat beragam. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Di antaranya adalah sebagai indikator iklim. Jika pada suatu kawasan atau areal ditumbuhi oleh Nepenthes gymnamphora, berarti kawasan tersebut tingkat curah hujannya cukup tinggi, kelembaban di atas 75 %, tanahnya pun miskin unsur hara.

Tumbuhan Obat Tanaman ini dapat pula menjadi tumbuhan obat. Cairan dari kantong yang masih tertutup, digunakan sebagai obat batuk. Air rebusan akar dan cairan dalam kantong yang masih tertutup dipakai juga sebagai obat sakit perut, mencegah ngompol, luka bakar dan mengobati sakit mata. Selain itu, Nepenthes juga menjadi sumber air minum bagi petualang ataupun pendaki gunung yang kehausan.

Kantong semar jenis N. gymnamphora merupakan sumber air yang layak minum karena pH-nya netral (6-7) dengan keadaan kantong yang masih tertutup, karena kantong yang terbuka sudah terkontaminasi jasad serangga yang masuk ke dalam, pH-nya 3 dan rasanya masam.

Ada juga masyarakat yang menggunakannya sebagai pengganti tali. Batang dari Kantong Semar ini bisa digunakan sebagai pengganti tali untuk pengikat barang.

Dengan keunikan dan keindahannya, tak salah banyak orang yang ingin memeliharanya. Namun, kebanyakan yang diperjualbelikan khususnya di daerah asalnya Sumatera, masih merupakan Nepenthes yang diambil langsung dari alam, bukan dari hasil penangkaran atau budidaya.

Hal tersebut sangatlah memprihatinkan mengingat habitat asli mereka terancam oleh kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan.

Eksploitasi Nepenthes dari alam untuk kepentingan ekonomi semata serta degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes, memperburuk keberadaannya di alam. Kantong Semar termasuk tumbuhan yang langka dan mendekati kepunahan. Bahkan LIPI mengumumkan, beberapa spesies tanaman ini sebagai tanaman paling langka di Indonesia.

Karenanya dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya. Juga peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Covention of International Trade in Endangered Species (CITES) mengategorikannya dalam Appendix-1 (2 spesies) dan Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat


SUMBER:

http://www.internet.web.id/2013/02/tumbuhan-langka-di-indonesia-beserta_25.html