Kasus Lumpur Lapindo
Lapindo Brantas Inc. adalah
salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi di
Indonesia Kegiatan yang
dilakukan oleh PT Lapindo Brantas waktu iu adalah pengeboran sumur Banjar
Panji-1 (BPJ-1) pada awal maret 2006 Dugaan atas meluapnya lumpur tersebut kepada PT Lapindo
Brantas adalah kurang telitinya PT Lapindo dalam melakukan pengeboran sumur
Hal tersebut sudah tampak ketika rancangan pengeboran
akhirnya tidak sesuai dengan yang ada dilapangan. Rancangan pengeboran adalah
sumur akan dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk bisa mencapai
batu gamping. Lalu sumur tersebut dipasang casing yang
bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum mencapai batu gamping.
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran ini
dengan membuat prognosis pengeboran
yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran
mereka di zona Rembang dengan target pengeborannya adalah formasi Kujung.
Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya.
Alhasil, mereka merencanakan memasang cassing setelah
menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada.
Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan
pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan
tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi
dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo Setelah kedalaman 9.297 kaki,
akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung
sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping
formasi Klitik sangat porous (berlubang-lubang). Akibatnya
lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke
lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga
Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan
Ø Kaitan
masalah dengan POAC terdapat pada bagian Planning
Pada bagian Planning,
dari masalah yang dibahas yaitu :
1. Prognosis
(ramalan peristiwa yang akan terjadi) yang salah
2.
Perencanaan titik kedalaman pengeboran
yang salah
3.
Rencana pemasangan cassing saat
pengeboran
Akibat kesalahan dalam
perencanaan pengeboran, lumpur yang mengandung tekanan gas tinggi meluap ke
permukaan dan mengakibatkan munculnya sumber titik baru.
Anggota Kelompok:
1.Anne Ramadhanty
2.Aprilia Nurwandari
3.Fallitha Delica
4.Indah Purnama
5.Nurul Ayu Setyowati
6.Wiwied Widyawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar